LEMAHNYA BUDAYA ISLAM DI FRANKFRUT BOOK FAIR 2015
Budaya tidak akan bisa dipisahkan dalam diri manusia
karena budaya terdapat dalam pikiran manusia. Sistem agama, politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni merupakan unsur
budaya, maka kebudayaan sudah pasti berhubungan dengan masyarakat. Berbicara tentang
kebudayaan, Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat kaya karena Indonesia
sendiri adalah negara dengan berbagai macam etnis, suku, bahasa daerah, dan
agama. Dengan keberagaman tersebut Indonesia tetap menjadi negara yang harmonis
dan bersatu, perbedaan membuat kebudayan Indonesia semakin istimewa dan
memiliki ciri khas yang tidak dimiliki negara lain.
Untuk pertama
kalinya dalam sejarah, Indonesia berkesempatan menjadi tamu kehormatan pameran
buku terbesar di dunia
yakni Frankfrut Book Fair 2015 yang pada tahun ini mengambil tema 17.000 Island of Imagination dan diselenggarakan di Jerman mulai tanggal
14 Oktober, hingga 18 Oktober 2015. Bukan hanya sastra, seni namun kebudayaan
Indonesia pun melalui Frankfrut Book
Fair 2015 akan semakin dikenal dunia, perlu diketahui bahwa Boediono (Wakil
Presiden Indonesia ke-11) lah pendorong
utama Indonesia menjadi tamu kehormatan pada tahun 2015 dan pemerintah membantu alokasi anggaran
sebanyak Rp.146 miliar. Hal itu karena
Frankfrut Book Fair adalah even
budaya setahun sekali dan masyarakat dunia bisa melihat kekayaan yang dimiliki
Indonesia.
Dengan menjadi tamu kehormatan, kekayaan Indonesia
tentunya sudah diakui dunia, khususnya literatur Indonesia. Selama ini dunia hanya mengenal beberapa
penulis Indonesia, dan yang paling terkenal bahkan pernah dipertimbangkan untuk
hadiah nobel sastra adalah Pramoedya Ananta Toer. Seperti yang
kita ketahui bahwa karya-karya sastra Pramoedya Ananta Toer telah diterjemahkan
ke dalam 20 bahasa. Namun berkat even
budaya ini, Indonesia menghadirkan 75 penulis dan 200 judul buku terjemahan,
meski yang diharapkan adalah 1000 judul buku.
Pameran arsitektur, seni rupa, fotografi, seminar dipertunjukan di even budaya Frankfrut Book Fair 2015, bahkan peristiwa 1965 pun
diperkenalkan dan didiskusikan. Namun rasanya masih ada satu hal yang kurang
dan menjadi pertanyaan yakni tidak diperkenalkannya budaya Islam di Indonesia.
Padahal Indonesia adalah negara demokrasi dengan umat muslim terbanyak di dunia atau jika
dipersenkan sebanyak 85,2%. Tentu saja
kejadian ini mengingatkan dengan kontroversi
yang terjadi diawal-awal Frankfrut Book Fair 2015, yakni panitia sebelumnya
mengundang tokoh penghina agama Islam yakni Salman Rushdie untuk berpidato pada
acara pembukaan Frankfrut Book Fair 2015, meski akhirnya dibatalkan namun ini
tetap menjadi pertanyaan, alasan mengapa panitia mengabaikan kebudayaan
Indonesia sebagai penduduk yang mayoritas muslim. Islam di Indonesia banyak
menghasilkan peninggalan sejarah yang beraneka ragam. Dalam karya sastra
misalnya, pengaruh islam
tidak bisa dipungkiri lagi. Namun sangat disayangkan, kebudayaan Islam tidak
dipandang di even sebesar Frankfrut
Book Fair.(Sasakala Budaya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar