GOGOLEKAN (WAWAYANGAN)
Konteks budaya
masyarakat Jawa Barat Khususnya Sunda masa lalu sangat erat kaitannya dengan
alam. Harmonisasi dengan alam ini terus dikembangkan dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk dalam mengasuh anak. Sedini mungkin anak-anak
pada masa lalu telah dikenalkan dengan alam melalui permainan tradisional yang
begitu banyak dan beragam. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman,
permainan tradisional yang dulu begitu marak dan membeludak, kini perlahan-lahan
mulai punah. Hal itu disebabkan oleh perkembangan teknologi yang begitu pesat.
Seperti yang diketahui
bahwa mayoritas anak di zaman sekarang lebih suka bermain hal-hal yang berbau
teknologi seperti game online, internet bahkan sosial media. Hal itu berrbeda
dengan anak-anak zaman dulu yang lebih banyak memanfaatkan alam sebagai media
bermain. Perkembangan teknologi yang begitu cepat ini tidak hanya memberikan
dampak positif bagi kehidupan saja, akan tetapi tanpa kita sadari ada dampak
negatif yang ditimbulkan dari perkembangan teknologi tersebut. Yaitu mulai
punahnya kebudayaan tradisional khususnya dalam bidang permainan anak.
Seperti jenis permainan berikut ini yang
tentunya di zaman sekarang kita akan kesulitan menemukan jenis permainan ini.
Gogolekan itulah
anak-anak sunda menyebut nama permainan tersebut, yang dalam bahasa
Indonesianya berarti wayang atau wawayangan Bahan yang digunakan dalam
pembuatan wayang tersebut sangatlah sederhana dan mudah dicari diantaranya daun
singkong lengkap dengan pelepahnya kemudian dua utas tali dari bambu. Cara
membuatnya juga mudah yaitu dengan menyatukan dua buah daun singkong kemudian
diikat (sebagai tubun) dan satu buah daun singkong digunakan untuk membuat
kepala, yaitu dengan melipat daun ke arah pelepah daun tersebut sehingga
membentuk kepala. Atau dengan bentuk seperti pada gambar di atas yaitu dengan
membuat kepala dari pelepah daun singking kemudian membuat baju dari daunnya.
Permainan ini biasanya dimainkan oleh beberapa anak, yang di dalamnya ada yang
berperan sebagai dalang, pemusik dan penonton. Supaya lebih seru, anak-anak
biasanya menggunakan kaleng-kaleng bekas yang digunakan sebagai alat tabuhan. Meskipun
permainan tersebut dibuat dari bahan yang sederhana akan tetapi permainan ini
sangat menyenangkan. Selain media bermain permainan tersebut juga bisa
dijadikan sebagai pengetahuan, dimana anak-anak bisa tahu bahwa wayang golek
merupakan salah satu budaya Indonesia.
Sayang kini permainan
tersebut hanya tinggalah nama, sebab jarang sekali permainan tersebut
dimainkan. Bahkan 8 dari 10 anak di daerah Cicurug Sukabumi sama sekali tidak
mengetahui permainan tersebut. Ada yang hanya mengetahui namanya saja bahkan
ada yang tidak tahu sama sekali apa itu gogolekan (wawayangan).
Secara perlahan-lahan
teknologi akan menggeser dan mengambil alih posisi kebudayaan dalam kehidupan
masyarakat terutama permainan anak tradisional. Hal itu karena mayoritas masyarakat
menganggap internet lebih mengasyikkan. Selain itu, kurangnya kesadaran para
orang tua untuk mengenalkan permainan-permainan tradisional kepada anak mereka.
Indonesia adalah Negara
yang kaya akan budaya, kekayaan itu harus tetap dijaga dan dilestarikan. Perlu
adanya kesadaran dalam hati masing-masing untuk menjaga kekayaan alam Indonesia
tersebut.
(Siti Apipah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar