Geopark Ciletuh yang terletak di Desa Ciwaru, Kecamatan
Ciemas, Kabupaten Sukabumi. Pada
bulan November ini tengah mengadakan sebuah acara yang menjadi rutinan setiap
tahunnya, di mana acara tersebut dinamakan dengan “FESTIVAL GEOFARK CILETUH”,
acara berlangsung selama dua hari pada tanggal 14-15 November 2015. Antusiasme
wakil gubernur jawa barat yaitu Dedy Mizwar membuka acara tersebut pada tanggal
14 November 2015. Beliau menyambut baik dengan diadakannya acara tersebut.
Karena geopark ciletuh tidak asing lagi bagi orang sukabumi dan sekitarnya,
wakil gubernur ini ingin memperkenalkan kawasan wisata geopark ciletuh menjadi
kawasan yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan. Dengan diadakannya “Festival
Geopark Ciletuh” ini dapat memperkenalkan bahwa sukabumi mempunyai kawasan
wisata dan budaya eksotisme seperti geopark ciletuh ini yang letaknya di
Jampang Sukabumi. Perlu diketahui bahwa festival geopark ini untuk mengangkat potensi
seni dan budaya di selatan Sukabumi. Sementara itu, dalam festival Geopark Ciletuh
ini berlangsung kegiatan helaran seni budaya dari sembilan desa disekitar
geopark Ciletuh, aksi paralayang, panjat tebing dan atraksi susur pantai.
Selain dari pada itu di mana ketika pembukaan dibuka dengan tarian-tarian khas
tradisional seperti tari jaipong, adanya lengseran, menumbuk padi dalam lesung,
dan orang-orang yang terlibat dalam acara tersebut menggunakan pakaian adat
tradisional kebaya. Jelas terlihat dalam acara festival tersebut mengangkat
kesenian dan kebudayaan yang ada di Indonesia diperkenalkan dan perlihatkan
dalam acara tersebut. Ada yang menarik dalam acara festival ini yaitu
memperlihatkan adanya budaya menumbuk padi di dalam lesung. Sejatinya, belum
semua orang mengenal budaya menumbuk padi di dalam lesung apalagi masyarakat
perkotaan yang sudah modern. Lesung adalah alat tradisional dalam pengolahan padi atau gabah menjadi beras. Lesung semacam
alat yang terbuat dari kayu sebagai tempat untuk menumbuk padi, alat untuk
menumbuk disebut alu atau tongkat tebal dari kayu. Beras di dalam lesung
ditumbuk secara bersamaan untuk menghasilkan sebuah bunyi yang indah dan biasanya
dibarengi dengan nyanyian-nyanyian khas sunda. Makna menumbuk padi di dalam
lesung itu sebagai ucapan terima kasih atas hasil panen padi juga sebagai
kebersamaan saling membantu karena itu dipukul bersamaan. Masyarakat tersebut
masih kental dengan budaya yang ada karena ingin mempertahankan warisan nenek
moyangnya. Dan acara tersebut berakhir pada tanggal 15 November 2015. (Dede.Sumiati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar