Buku
sangatlah penting namun sering dilupakan. Dengan membaca, kita bisa membangun
imajinasi dan menganyam cita-cita ideal dimasa depan. Orang-orang hebat seperti
Soekarno, Hatta, Tan Malaka, dan lain-lain, adalah orang yang rajin membaca.
Dengan membaca kita bisa menengok ke masa lalu, mengenal sejarah, dan mengenal
bangsa kita. Hal itu tentu saja tidak bisa dianggap enteng. Sastrawan terbaik
Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, pernah berujar, “tak mungkin orang dapat
mencintai negeri dan bangsanya, kalau orang tak mengenal kertas-kertas
tentangnya. Kalau dia tak mengenal sejarahnya. Apalagi kalau tak pernah berbuat
sesuatu kebajikan untuknya.”
Tapi
sangat disayangkan, minat membaca bangsa Indonesia sangatlah rendah, terutama
membaca buku .Sering saya naik angkutan umum, jarang sekali saya melihat orang
membaca buku. Menurut hasil survei UNESCO (United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization) menunjukkan, minat baca bangsa Indonesia
merupakan yang terendah di ASEAN. Menurut UNESCO, indeks minat membaca
Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, dalam setiap seribu orang Indonesia,
hanya ada satu orang yang punya minat membaca. Sungguh tragis untuk hasil
seperti itu.
Rendahnya
budaya membaca juga berkontribusi pada mengecilnya jumlah penulis dan produksi
buku. Produksi buku di Indonesia tergolong sangat rendah di Indonesia: hanya 18
ribu judul per tahun. Apabila bandingkan
dengan Jepang (40 ribu/tahun), India (60 ribu/tahun, dan China (140 ribu/tahun)
sangatlah jauh tertinggal bangsa Indonesia ini.
Lalu,
banyak perpustakaan di Indonesia, terutama di daerah, yang mulai sepi
pengunjung. Sebaliknya, tempat nongkrong semakin kebanjiran
pengunjung. Di toko-toko buku, nasib buku-buku serius (politik, ekonomi,
sejarah, dan lain-lain) sangat memprihatinkan. Sebaliknya, buku-buku berisi
gosip atau buku yang berisi kiat-kiat untuk sukses kebanjiran pembeli.
Marilah untuk saat
ini mulai lagi untuk membaca buku. Dahulu Bung Karno dalam berbagai kesempatan
pidatonya, Bung Karno sering mengutip banyak penulis terkenal dan menganjurkan
rakyat agar membaca buku-buku penulis tersebut.semoga untuk kedepannya bangsa Indonesia bisa menjadi “bangsa pembaca buku”. Kita tidak lagi susah melihat orang membaca di atas bis, kereta api, bandara, taman, dan lain-lain. (Purwansyah D.F)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar