Rabu, 06 Januari 2016

TRADISI BUDAYA DI PALABUHAN RATU



“Upacara adat Labuh Saji atau Hari Nelayan sebagai wujud tradisi yang dilakukan secara turun temurun dipercaya sebagai ungkapan rasa syukur atas kesejahteraan dan hasil laut yang melimpah
         
Mungkin sudah tak asing lagi jika kita mendengar sebuah nama tempat dengan sebutan Pantai Palabuhanratu.  Seperti yang kita ketahui bahwa Pantai Pelabuhanratu merupakan  sebuah tempat wisata di pesisir Samudra Hindia di selatan Jawa Barat, Indonesia. Lokasinya terletak sekitar 60 km ke arah selatan dari Kota Sukabumi. Tahukah anda?  Pantai Pelabuhanratu mempunyai adat dan tradisi yang menarik yang dilakukannya secara turun temurun.  Tradisi tersebut dinamakan upacara adat labuh saji yang digelar oleh para nelayan di Palabuhanratu, hal ini bertujuan untuk memberikan penghormatan kepada seorang putri yang mempunyai kepedulian terhadap masyarakat nelayan juga sebagai ungkapan syukur kepada Sang Hyang Widi yang memberikan kesejahteraan dalam kehidupan mereka. Upacara adat yang hidup dan berkembang di Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat merupakan wujud nyata perilaku masyarakat yang menjunjung tinggi para leluhur mereka.  Dalam syukuran nelayan, sepasang ayah dan putrinya yang digambarkan sebagai Mayangsagara dan Bagus Setra diarak dari Pendapa Kabupaten Sukabumi ke dermaga Palabuhanratu. Mayangsagara dan Bagus Setra yang naik delman menjadi pusat perhatian ribuan pengunjung dalam setiap kali perayaan syukuran nelayan.
          Nyi Putri Mayangsagara merupakan seorang putri yang memulai melakukan upacara labuh saji sebagai tradisi setiap tahun, tradisi ini digelar sejak abad ke-15 yang berfungsi memberikan kado atau hadiah kepada Nyi Roro Kidul. Nyi Roro Kidul dipercaya sebagai penguasa laut selatan pada waktu itu. Putri Mayangsagara melakukan upacara ini dimaksudkan agar pekerjaan mereka sebagai nelayan mendapat kesejahteraan. Nyi Putri Mayangsagara merupakan keturunan penguasa kerajaan Dadap Malang (kini masuk wilayah Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi) yaitu Raden Kumbang Bagus Setra dan Ratu Puun Purnamasari. Bagus Setra Sendiri merupakan keturunan Kerajaan Pakuan (Bogor) yang meninggalkan kerajaannya karena konflik, sehingga memilih tinggal di Dadap Malang.
          Upacara adat ini diselenggarakan  di Kelurahan Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, dan dilaksanakan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan). Sesuai dengan kepercayaan mereka, para nelayan dan masyarakat serta aparat pemerintah dalam ritual ini melabuh/menjatuhkan sesajen ke laut dengan harapan agar hasil tangkapan berlimpah setiap tahun dan memelihara hubungan baik dengan Nyi Roro Kidul.  Dahulu sesajen yang digunakan berupa kepala kerbau/kambing, namun sekarang diganti dengan menaburkan benih ikan, benur (bibit udang), dan tukik (anak penyu) ke tengah teluk Palabuhanratu. dengan harapan laut Palabuhanratu tetap subur dan memberikan banyak ikan bagi setiap nelayan yang turun ke laut.  Untuk itulah, nelayan menebarkan tukik ke laut karena dipercaya bahwa tukik adalah wujud kesuburan laut. (Desum)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar