Kamis, 07 Januari 2016

Upacara Mengandung Tujuh Bulan



Upacara mengandung tujuh bulan disebut pula upacara tingkeban yang kerap kali diselenggarakan ketika usia kandungan menginjak bulan ketujuh. Mayoritas masyarakat percaya bahwa dengan mengadakan upacara tujuh bulan maka anak yang dikandung akan selamat serta berkah. Tingkeban bearsal dari kata tingkeb artinya tutup, maksudnya si ibu yang sedang mengandung tujuh bulan tidak boleh bercampur dengan suaminya sampai empat puluh hari sesudah persalinan.  
Nah perlu diketahui, banyak sekali rangkaian acara pada upacara mengandung tujuh bulan tersebut. diantaranya yaitu diadakannya acara pengajian dengan membacakan surat-surat tertentu  seperti surat Yusuf, surat Lukman, dan surat Maryam. Setelah itu si ibu hamilnya dimandikan oleh tujuh keluarga terdekat yang dipimpin seorang paraji, peroses memandikannya menggunakan 7 lembar kain batik yang dipakai bergantian setiap guyurannya. Air yang digunakan berupa air yang menggunakan campuran bunga tujuh rupa ditambah satu ekor belut pada siraman ketujuh. Dengan tujuan agar ibu hamil pada saat melahirkan bisa lancar, licin seperti layaknya belut. Alasan menggunakan bunga tujuh rupa adalah agar si calon bayi ketika dilahirkan berseri seperti bunga. Bersamaan dengan jatuhnya belut, kelapa gading yang telah digambari tokoh wayang oleh suaminya dibelah dengan golok. Hal ini dimaksudkan agar bayi yang dikandungan dan orangtuanya dapat berbuat baik lahir batin. Seperti keadaan kelapa gading yang warnanya bagus, bila dibelah airnya bersih dan manis. Setelah ibu hamil selesai dimandikan maka acara selanjutnya adalah membagikan rujak kanistren yang terdiri dari tujuh jenis buah-buahan oleh ibu hamil kepada warga yang datang. (Anisa Jayanti Gusman & S.A)

https://www.google.com/search?q=gambar+nujuh+bulanan&tbm=isch

Tidak ada komentar:

Posting Komentar