Kamis, 03 Desember 2015

Keunikan Rumah Adat Mentawai






Mentawai merupakan daerah kepulauan yang ditemukan di lepas pantai barat Sumatera Barat (Indonesia) yang terdiri dari sekitar 70 pulau dan pulau. Mentawai juga memiliki ibukota kabupaten yaitu Tuapejat. Menurut seorang narasumber bernama Kinang Darmaga Harahap (Mahasiswi Universitas Muhammadiyah SUkabumi), yang pernah mengunjungi Kepulauan Mentawai melalui Ekspedisi Nusantara Jaya 2015 yang diselenggarakan oleh Kementrian Maritim Indonesia pada bulan Juni lalu. Suku mentawai dipimpin oleh kepala suku atau sikerei. Pakaian yang digunakan sikere hanya menggunakan kabit untuk menutupi kemaluannya saja. Kebudayaan yang kental dan memiliki pesona alam yang menakjubkan untuk ingin lagi berkunjung kembali. Bisa dikatakan suku mentawai itu berlian yang tersembunyi di Indonesia. Uma adalah nama untuk rumah tradisional suku Mentawai yang merupakan rumah adat dan banyak dijumpai di kabupaten kepulauan Mentawai, provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Secara umum konstruksi uma ini dibangun tanpa menggunakan paku, tetapi dipasak dengan kayu serta sistem sambungan silang bertakik. Uma biasanya dihuni oleh 5 hingga 7 kepala keluarga dari keturunan yang sama. Satu diantaranya anggota yang tinggal dalam sebuah rumah disebut Sikerei (dukun). Sikerei itulah yang dianggap suku Mentawai sebagai tetua. Uma berfungsi sebagai balai pertemuan semua warga atau kerabat atau upacara adat. Uma terbuat dari kayu kokoh dan berbentuk rumah panggung yang dibawahnya digunakan sebagai tempat pemeliharaan ternak seperti babi. Bangunan uma menyerupai atap tenda memanjang yang dibangun diatas tiang-tiang, karena atap yang terbuat dari rumbia yang menaungi menjulur ke bawah sampai hampir mencapai lantai rumah. Pohon sagu atau rumbia merupakan bahan penutup atap dari daun daun pohon rumbia yang banyak tumbuh di rawa atau di pantai. Kelebihan menggunakan atap rumbia yaitu terlihat alami, menimbulkan suasana baru, ringan dan relatif murah. Sedangkan kekurangannya ialah daya tahan maksimal 4 tahun, sulit melakukan upaya perbaikan atau pergantian, dan rawan bocor bila terjadi hujan lebat. Kekuatan struktur Uma dihasilkan oleh teknik ikat, tusuk dan sambung sedemikian rupa. Bahan Uma diambil dari alam sekitar dan dipilih yang bermutu baik. Luas rumah persatuan kepala keluarga dengan rata-rata panjang : 31 m, lebar : 10 m, dan tinggi = 7 m. Pembagian ruangannya cukup sederhana, di bagian depan adalah serambi terbuka yang merupakan tempat untuk menerima tamu. Sedang pada bagian dalam digunakan untuk ruang tidur keluarga. Uma itu besar dan dibagian depannya ada teras, terasnya bisa digunakan untuk pelaksanaan punen tari-tarian adat misalkan menerima tamu. Di pintu masuknya dihiasi puluhan tengkorak monyet dan rusa yang digantung bersamaan dengan hiasan kayu, dan hasil buruan kepala suku. Dalam rumah mereka tidak terdapat lantai dan tidak ada kamar mandi, mengandalkan dari sumur atau dari sungai. Makanan yang menjadi tradisi di suku mentawai adalah mereka makan sagu dan hewan hasil buruan tapi lebih terkenal sibek. Sibek ini makanan khas mentawai bahan dasarnya klabi bisa dicampur dengan pisang dan kelapa parut. (Annisa Jayanti. G)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar