Minggu, 03 Januari 2016

TRADISI DAN BUDAYA DALAM PERINGATAN MAULID NABI




“Tradisi maulid nabi di Indonesia sebagai ciri khas dan budaya yang tetap bertahan hingga sekarang ini.

Nah tradisi Maulid Nabi ini, masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya islam ke Nusantara. Pelopornya adalah yang kita kenal dengan sebutan Wali Songo.   Peringatan maulid nabi dilakukan oleh Pemerintah, organisasi keagamaan, lembaga pendidikan, majelis ta’lim, mushalla, hingga masyarakat kecil di pelosok desa.  Tujuan memperingati maulid nabi ini diantaranya untuk meningkatkan kecintaan kita kepada kekasih Allah yaitu Nabi besar Muhammad Saw selain itu, untuk meningkatkan keimananiman dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Setiap umat islam merayakannya dengan berbagai adat dan tradisi yang berbeda-beda. Biasanya acara maulid nabi ini dimulai setelah shalat isya sampai larut malam sekitar pukul 11.00. Biasanya mengundang kiyai yang sudah mahir dibidangnya. Setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing dalam merayakan acara maulid nabi ini, terlihat di beberapa kota di Indonesia merayakan sesuai dengan tradisinya masing-masing yang dilaksanakan secara turun temurun.
          Di Daerah Istimewa Yogyakarta misalnya, upacara Sekaten warisan Wali Songo tetap dipertahankan. Sedangkan di Surakarta (Solo), acara Grebeg Mulud peninggalan Kerajaan Mataram juga dilestarikan.
          Di Garut, terdapat upacara Ngalungsur, yaitu proses pembersihan barang-barang pusaka peninggalan Sunan Rohmat (Sunan Godog/Kian Santang). Di Cirebon terdapat tradisi Panjang Jimat, yakni acara pembacaan mada’ih nabawiyahshalawat ad-Diba’i dan al Barzanji, juga pemberian sedekah dan makanan khas daerah serta pembukaan pasar kaget dan pertunjukan kebudayaan lokal.
          Di Kalimantan, Maulid Nabi disebut dengan Ba’ayun, yaitu upacara pembacaan do’a dan shalawat Nabi sambil mengayun anak kecil. Di Aceh, terdapat tradisi Kanduri Mulod yang dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, yaitu Rabiul Awwal sebagai Mulod Awai, Rabiul Akhir atau Mulod Teungoh, dan Jumadil Awwal yang diistilahkan Mulod Akhe. Sedangkan di Sumatera Barat, setiap tanggal 12 Rabiul Awwal umat Islam berziarah ke makam Syekh Burhanuddin. Ini merupakan perlambang kecintaan masyarakat kepada ulama yang merupakan pewaris para Nabi.
          Tradisi maulid nabi yang berbeda-beda di setiap penjuru kota di Indonesia tidaklah mengurangi makna dari maulid nabi itu sendiri, hanya adat dan tradisinya saja yang berbeda dalam merayakan acara maulid nabi tersebut. Taukah teman-teman ada hal menarik di daerah Sunda saat memperingati maulid Nabi? Minum bajigur adalah salah satu rangkaian acara yang wajib ada dalam perayaan maulid nabi. Biasanya bajigur ini disajikan dalam sebuah cangkir yang terbuat dari kaleng.
Menarik bukan? Tradisi yang beragam tetapi memiliki tujuan yang sama. Nah sebagai buki cinta kita maka tetap lestarikan budaya kita.(Desum)
Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar