Jumat, 06 November 2015

LEMAHNYA BUDAYA ISLAM DI FRANKFRUT BOOK FAIR 2015



 LEMAHNYA BUDAYA ISLAM DI FRANKFRUT BOOK FAIR 2015

Budaya tidak akan bisa dipisahkan dalam diri manusia karena budaya terdapat dalam pikiran manusia. Sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni merupakan unsur budaya, maka kebudayaan sudah pasti berhubungan dengan masyarakat. Berbicara tentang kebudayaan, Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat kaya karena Indonesia sendiri adalah negara dengan berbagai macam etnis, suku, bahasa daerah, dan agama. Dengan keberagaman tersebut Indonesia tetap menjadi negara yang harmonis dan bersatu, perbedaan membuat kebudayan Indonesia semakin istimewa dan memiliki ciri khas yang tidak dimiliki negara lain.
 Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Indonesia berkesempatan menjadi tamu kehormatan pameran buku terbesar di dunia yakni Frankfrut Book Fair 2015 yang pada tahun ini  mengambil tema 17.000 Island of Imagination dan diselenggarakan di Jerman mulai tanggal 14 Oktober, hingga 18 Oktober 2015. Bukan hanya sastra, seni namun kebudayaan Indonesia pun  melalui Frankfrut Book Fair 2015 akan semakin dikenal dunia, perlu diketahui bahwa Boediono (Wakil Presiden Indonesia ke-11)  lah pendorong utama Indonesia menjadi tamu kehormatan pada tahun  2015 dan pemerintah membantu alokasi anggaran sebanyak Rp.146 miliar.  Hal itu karena Frankfrut Book Fair adalah even budaya setahun sekali dan masyarakat dunia bisa melihat kekayaan yang dimiliki Indonesia.
Dengan menjadi tamu kehormatan, kekayaan Indonesia tentunya sudah diakui dunia, khususnya literatur Indonesia.  Selama ini dunia hanya mengenal beberapa penulis Indonesia, dan yang paling terkenal bahkan pernah dipertimbangkan untuk hadiah nobel sastra adalah Pramoedya Ananta Toer.           Seperti yang kita ketahui bahwa karya-karya sastra Pramoedya Ananta Toer telah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa. Namun berkat even budaya ini, Indonesia menghadirkan 75 penulis dan 200 judul buku terjemahan, meski yang diharapkan adalah 1000 judul buku.
Pameran arsitektur, seni rupa, fotografi,  seminar dipertunjukan di even budaya Frankfrut Book Fair 2015, bahkan peristiwa 1965 pun diperkenalkan dan didiskusikan. Namun rasanya masih ada satu hal yang kurang dan menjadi pertanyaan yakni tidak diperkenalkannya budaya Islam di Indonesia. Padahal Indonesia adalah negara demokrasi dengan umat muslim terbanyak di dunia atau jika dipersenkan sebanyak 85,2%.  Tentu saja kejadian ini mengingatkan dengan  kontroversi yang terjadi diawal-awal Frankfrut Book Fair 2015, yakni panitia sebelumnya mengundang tokoh penghina agama Islam yakni Salman Rushdie untuk berpidato pada acara pembukaan Frankfrut Book Fair 2015, meski akhirnya dibatalkan namun ini tetap menjadi pertanyaan, alasan mengapa panitia mengabaikan kebudayaan Indonesia sebagai penduduk yang mayoritas muslim. Islam di Indonesia banyak menghasilkan peninggalan sejarah yang beraneka ragam. Dalam karya sastra misalnya, pengaruh islam tidak bisa dipungkiri lagi. Namun sangat disayangkan, kebudayaan Islam tidak dipandang di even sebesar Frankfrut Book Fair.(Sasakala Budaya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar