Minggu, 08 November 2015

PERMAINAN TRADISIONAL YANG MULAI PUNAH



GOGOLEKAN (WAWAYANGAN)

Konteks budaya masyarakat Jawa Barat Khususnya Sunda masa lalu sangat erat kaitannya dengan alam. Harmonisasi dengan alam ini terus dikembangkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam mengasuh anak. Sedini mungkin anak-anak pada masa lalu telah dikenalkan dengan alam melalui permainan tradisional yang begitu banyak dan beragam. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman, permainan tradisional yang dulu begitu marak dan membeludak, kini perlahan-lahan mulai punah. Hal itu disebabkan oleh perkembangan teknologi yang begitu pesat.
Seperti yang diketahui bahwa mayoritas anak di zaman sekarang lebih suka bermain hal-hal yang berbau teknologi seperti game online, internet bahkan sosial media. Hal itu berrbeda dengan anak-anak zaman dulu yang lebih banyak memanfaatkan alam sebagai media bermain. Perkembangan teknologi yang begitu cepat ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi kehidupan saja, akan tetapi tanpa kita sadari ada dampak negatif yang ditimbulkan dari perkembangan teknologi tersebut. Yaitu mulai punahnya kebudayaan tradisional khususnya dalam bidang permainan anak. Seperti  jenis permainan berikut ini yang tentunya di zaman sekarang kita akan kesulitan menemukan jenis permainan ini.
Gogolekan itulah anak-anak sunda menyebut nama permainan tersebut, yang dalam bahasa Indonesianya berarti wayang atau wawayangan Bahan yang digunakan dalam pembuatan wayang tersebut sangatlah sederhana dan mudah dicari diantaranya daun singkong lengkap dengan pelepahnya kemudian dua utas tali dari bambu. Cara membuatnya juga mudah yaitu dengan menyatukan dua buah daun singkong kemudian diikat (sebagai tubun) dan satu buah daun singkong digunakan untuk membuat kepala, yaitu dengan melipat daun ke arah pelepah daun tersebut sehingga membentuk kepala. Atau dengan bentuk seperti pada gambar di atas yaitu dengan membuat kepala dari pelepah daun singking kemudian membuat baju dari daunnya. Permainan ini biasanya dimainkan oleh beberapa anak, yang di dalamnya ada yang berperan sebagai dalang, pemusik dan penonton. Supaya lebih seru, anak-anak biasanya menggunakan kaleng-kaleng bekas yang digunakan sebagai alat tabuhan. Meskipun permainan tersebut dibuat dari bahan yang sederhana akan tetapi permainan ini sangat menyenangkan. Selain media bermain permainan tersebut juga bisa dijadikan sebagai pengetahuan, dimana anak-anak bisa tahu bahwa wayang golek merupakan salah satu budaya Indonesia.
Sayang kini permainan tersebut hanya tinggalah nama, sebab jarang sekali permainan tersebut dimainkan. Bahkan 8 dari 10 anak di daerah Cicurug Sukabumi sama sekali tidak mengetahui permainan tersebut. Ada yang hanya mengetahui namanya saja bahkan ada yang tidak tahu sama sekali apa itu gogolekan (wawayangan).
Secara perlahan-lahan teknologi akan menggeser dan mengambil alih posisi kebudayaan dalam kehidupan masyarakat terutama permainan anak tradisional. Hal itu karena mayoritas masyarakat menganggap internet lebih mengasyikkan. Selain itu, kurangnya kesadaran para orang tua untuk mengenalkan permainan-permainan tradisional kepada anak mereka.
Indonesia adalah Negara yang kaya akan budaya, kekayaan itu harus tetap dijaga dan dilestarikan. Perlu adanya kesadaran dalam hati masing-masing untuk menjaga kekayaan alam Indonesia tersebut.
(Siti Apipah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar